Mengenai Saya

Foto saya
Saya orangnya serba sederhana.

SISTEM KELISTRIKAN MOBIL

Setelah dilaporkan melakukan penipuan oleh Rektor UMY, Selasa kemarin, Joko “Blue Energy” juga dilaporkan ke polisi oleh seorang pengusaha asal Kalimantan, Zoenarto (Jawapos, 01/07/08). Ya, memang sejak pertama kali berita tentang “blue energy” muncul, kehebohannya mulai terasa. Bahkan mengalahkan hebohnya kenaikan harga BBM.
Pertama kali aku mendengar tentang bahan bakar dari air adalah bulan Februari kemarin. Saat itu, aku jadi pemandu untuk kegiatan Outdoor Game Management sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam EJASS Camp 2008 (Acara Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jatim untuk Pramuka Penegak/Pandega se-Jatim). Kebetulan salah satu pesertanya berasal dari Nganjuk. Saat itu, dengan bangganya dia bercerita tentang penemuan warga Nganjuk tentang bahan bakar dari air. Sayangnya, dia tidak tahu tentang proses yang dilakukan.
Secara kimia, hal itu memang memungkinkan, yaitu melalui proses elektrolisa air dimana molekul air, H2O, akan dipecah menjadi hydrogen (H2) dan Oksigen (O2). Hidrogen (H2) merupakan gas yang mudah terbakar, sedangkan Oksigen sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran (pembakaran merupakan reaksi suatu senyawa dengan oksigen). Pada proses ini, arus listrik dialirkan ke dalam air melalui 2 elektroda, positif (anoda) dan negative (katoda). Berikut reaksi yang terjadi :
Cathode (reduction) : 2H+(aq) + 2e− → H2(g) ;
Anode (oxidation) : 2H2O(l) → O2(g) + 4H+(aq) + 4e−
Overall reaction : 2H2O(l) → 2H2(g) + O2(g)
Dari tinjauan efisiensi energy, proses tersebut sangat tidak efisien karena memerlukan arus listrik. Sementara di Indonesia, listrik masih mahal gara-gara harga BBM yang naik. Ditinjau dari perancangan mesin, setidaknya diperlukan satu tambahan bagian sebelum ruang bakar, yaitu alat elektrolisis. Tentunya hal ini akan menaikkan biaya produksi.
Sebenarnya, penggunaan air sebagai bahan bakar telah dimulai sejak tahun 1996. Adalah Stanley Meyer, seorang berkebangsaan Amerika yang telah memanfaatkan air sebagai bahan bakar dan menamai alatnya water fuel cell. Alat tersebut bahkan sudah dipatenkan di Amerika Serikat. Alat tersebut menerapkan Hukum Termodinamika I dan II dimana siklus pembakaran akan mulai dan berakhir dalam keadaan yang sama sambil menghasilkan energy. Berikut ini gambar water fuel cell Meyer seperti dalam paten
Skema Water Fuel Cell
Untuk mendukung system tersebut diperlukan system kelistrikan yang kompatibel. Berikut ini system kelistrikan yang dirancang oleh Stanley Meyer untuk menjalankan Water Fuel Cell
sirkuit untuk menjalankan Water Fuel Cell
Alat ini pernah diuji coba dalam mobil dune buggy dan untuk melakukan perjalanan dari Los Angeles ke New York diperlukan 22 galon air atau setara dengan 83 liter (www.wikipedia.org)
Penggunaan air sebagai bahan bakar memang dilematis sebagaimana pemanfaatan bahan pangan untuk energy alternative. Di satu sisi, kelimpahan air bisa menjadi alternatif mengurangi permasalahan krisis energy. Namun, kita juga harus ingat bahwa air menguasai hajat hidup orang banyak. HS Dillon saat menjadi bintang tamu dalam acara Perspektif Wimar di ANTV telah mengingatkan akan hal ini. Kelangkaan energy harus segera diatasi, namun pemanfaatan bahan pangan untuk energy alternative dapat memicu kelangkaan pangan dan akhirnya memicu perang dunia. Hal yang sama tentu berlaku juga terhadap air. Kelangkaan air tentu lebih menyengsarakan daripada kelangkaan pangan.
Bagaimanapun juga, berbagai upaya untuk mencari energy alternative perlu kita beri apresiasi. Tentunya kita juga perlu mengawal setiap ikhtiar tersebut agar juga tidak mengganggu kepentingan sektor lain. Sehubungan dengan penemuan pak Joko, alangkah baiknya jika beliau mematenkan temuannya. Jadi tidak perlu takut kalau alatnya ditiru orang. Mengingat selama ini beliau masih merahasiakan prinsip kerja alatnya walaupun demo alat sudah dilakukan. He..he..Ingat pak..ilmu yang dibagi akan bermanfaat bagi orang banyak..

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 AMHAL SPORT
Design by BloggerThemes